Sabtu, 25 Maret 2017

TERKUCIL DI TANAH KELAHIRAN

Kehidupan masyarakat Sukabumi terisolir. Akses jalan sulit dan terbatas. Fasilitas penunjang kesejahteraan seperti pendidikan, kesehatan, perekonomian dan Infrastruktur memprihatin kan.

Kondisi kehidupan masyarakat di Kabupaten Sukabumi serba tertinggal, mungkin sejak jaman Indonesia merdeka sejak 71 tahun silam, sampai saat ini. Pada jaman yang sudah serba canggih dan modern, ternyata sebagian warga Sukabumi masih hidup memprihatin-kan, Jauh dari kata layak.

Dalam kunjungan ke beberapa daerah di wilayah Kabupaten Sukabumi, Kami masih menemukan sejumlah kampung terisolir. Akses jalan nya tidak layak. Sehingga tingkat kesulitan untuk menjangkau daerah tersebut cukup tinggi dan sangat berbahaya.

Bahkan jalan yang sudah tersedia saat ini, nyaris sama sekali tidak menyerupai sebuah jalan pada umum nya. Sumber Daya Manusia yang rendah pun melengkapi catatan ketertinggalan serta penderitaan mereka.

Berbagai fasilitas penunjang masih minim, Seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan. Fasitas - fasilitas penunjang yang ada terkadang hanya berupa bangunan yang sudah tua dengan tingkat kerusakan yang sangat bervariasi dan sudah secepat nya membutuhkan peremajaan.

Kondisi seperti itu sangat kontras dengan kondisi geliat pertumbuhan pembangunan yang tengah di gala kan pemerintah dan berbagai perusahaan swasta. Mereka mulai massif merambah  kegiatan usaha-nya di tengah kondisi kehidupan masyarakat yang semacam ini.

Saat ini. Pembangunan infrastruktur jalan yang menghubung-kan antar kampung jauh lebih baik dan sangat di butuh kan bagi sebagian masyarakat pelosok, di bandingkan dengan pembangunan yang tengah di gala kan pemerintah yang sangat berfokus pada peningkatan sektor industri dan pariwisata.

Proses pengembangan dan pembangunan kedua sektor tersebut masih menjadi pusat perhatian dan hal ini terlihat jelas sekali, seolah proses nya tengah di percepat.

Kehidupan masyarakat daerah terisolir tidak menjadi lebih baik dan terbantu, terutama dalam hal tingkat kesejahteraan. Masyarakat sama sekali tidak merasakan dampak positif proses pembangunan yang tengah di gencar di lakukan. 

Perkembangan pembangunan di sektor industri sangat pesat perkembangan-nya, misalnya di Kabupaten Sukabumi. Ini menjadi bukti nyata tidak berdampak-nya pembangunan terhadap tatanan kesejahteraan masyarakat.

Bukti sebagian masyarakat di berbagai kampung harus hidup tanpa penerangan  akibat ketiadaan aliran listrik PLN. Padahal, kampung yang membutuh kan aliran listrik tersebut jarak nya masih terhitung dekat sekali dari bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berdiri kokoh di pesisir laut selatan, tepat nya di pantai Pelabuhan Ratu.

Pembangunan akses jalan adalah salah satu point terpenting dalam upaya melepas jerat isolasi serta ketertinggalan masyarakat di kampung-kampung pedalaman yang masih terisolir. Parah nya akses jalan selama ini menjadi penyebab pembangunan yang terhambat serta sulit nya warga melakukan mobilitas.

Bayang-kan saja, Masyarakat Kampung Cirengrang Desa Rambay Kecamatan Tegal Buled harus merogoh kocek ekstra besar, karena ongkos angkut bahan material dari jalan raya ke kampung sangat tinggi. Sebagai contoh. Ongkos angkut sebuah genting Rp 1.200. Ongkos kuli angkut barang mencapai Rp1.000 per kilogram. Harga yang sama berlaku untuk semua jenis barang. Kalau satu rumah saja memakai genting seribu buah, hitung saja berapa ongkos kuli angkut yang mesti di keluarkan. Belum lagi ongkos kuli angkut untuk bahan material lain-nya.

Selain akses jalan,layanan pendidikan dan kesehatan juga mestinya menjadi titik prioritas. ketertinggalan dalam bidang tersebut membuat sebagian masyarakat tidak bisa memaksimal-kan pemanfaatan kekayaan alam. Mereka jadi kesulitan menjual hasil panen keuar wilayah. Kalau pun  memaksa nya menjual keluar, kerugian pasti mengintai setiap transaksi panen, karena ongkos kuli untuk mengangkut hasil panen sampai jalan raya bisa setengah kali lipat harga jual.

Kami percaya tiap manusia mempunyai cita-cita yang tinggi dan naluri untuk hidup lebih baik. Oleh karena itu. kami berharap pemerintah dapat menjadikan pembangunan penunjang di bidang pendidikan sebagai hal prioritas, sebab pendidikan berkualitas mampu melahirkan generasi kritis, cerdas dan mandiri.

Anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa ini  memiliki potensi menjadi intelektual unggul di masa yang akan datang. Tidak sedikit di antara anak-anak pelosok ini yang ber prestasi dan yakin suatu hari kelak, mereka akan berhasil menjadi orang sukses yang bisa kembali untuk membangun kampung halaman-nya.

Saat ini kami tengah melakukan pemetaan kecil agar pendidikan terlaksana dengan baik sekalipun itu daerah terisolir.Tujuan nya bukan lah untuk membuka aib. Kami semata-mata ingin mengindentifikasi berbagai permasalahan kompleks dalam berbagai bidang. terutama minim nya akses jalan, kondisi pendidikan ( yang jauh dari kata layak ), serta fasilitas pendukung kesehatan di berbagai kampung ( yang boleh di bilang masih "nol" ).

Kami sering melakukan perjalanan ke tempat terisolir guna melakukan sosialisasi serta menumbuh-kan minat baca masyarakat, terutama pada anak-anak. Sekaligus melakukan pemetaan berbagai permasalahan sosial - ekonomi.

Tujuan utama kami adalah membantu yang bukan sebatas nilai nominal uang  atau materi saja, tapi juga memberikan informasi kepada khalayak tentang potret permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat. Berangkat dari pemetaan ini kami sungguh berharap berbagai pihak dapat menemukan solusi dan kemudian segera bertindak guna menangani permasalahan tersebut.

Dengan mengangkat berbagai isu serta mwnggali informasi kompleks-nya permasalahan yang terjadi, bukan berarti kami sedang berupaya mencari kambing hitam atau menyalah-kan pihak tertentu. Kami hanya berinisiatif melakukan mengidentifikasi masalah sebagai bekal di temukan nya solusi yang di tindak lanjuti secara berkesinambungan demi terwujud sila ke-lima butir Pancasila, yaitu. " Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ".

Ke depan nya, semoga tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah karena ketiadaan biaya transportasi ke sekolah akibat mahal-nya ongkos ojeg. Banyak-nya anak-anak yang putus sekolah juga terjadi karena orang tua khawatir melepas anak-nya bersekolah melalui jalan-jalan rusak dalam jarak jauh.

Larangan orang tua bukan-nya tidak berasalan. Mereka khawatir anak-nya menjadi korban tindak kriminal dalam perjalanan, seperti pembegalan, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Anak-anak memang rentan mengalami kejadian ini. Penyebabnya adalah jauh-nya jarak antara tempat tingal dan sekolah, yang diperparah rusak-nya akses jalan.

Warga pelosok juga sangat berharap tidak ada lagi sekolah yang sering libur mendadak hanya karena satu-satu nya tenaga pengajar atau guru di sekolah tersebut berhalangan datang mengajar karena sakit atau pun tidak bisa melintas karena aliran sungai yang harus di sebrangi meluap air-nya ketika hujan.

Kami juga berharap tidak ada lagi sekolah yang hanya diajar oleh seorang guru untuk semua kelas, seperti hal nya Bapak Dadang Sudrajat, seorang guru TKS ( Tenaga Kerja Sukarela ) yang harus mengajar seorang diri di SDN Cirengrang Kab Sukabumi.


     @Sabumiku.com

0 komentar:

Posting Komentar