Minggu, 14 Mei 2017

Upaya warga kampung ciseuti dalam memerdekakan diri

Negara ini sejak lama sudah merdeka,tapi rasa kemerdekaan itu seolah belum dirasa dan bisa menyentuh warga masyarakat di salah satu kedusunan Cikawung.Kampung Ciseuti Rt 07/04 desa Rambay Kec Tegal buled Kab Sukabumi.

Demi sebuah aliran listrik,warga Kp Ciseuti yang berpenghuni 31 KK serta mempunyai jumlah atap bangunan 28 itu pun rela mengeluarkan dana swadaya sebesar 30 juta rupiah,untuk pemasangan 2 paket KWH.
Itu pun masih sistem rafling atau titip KWH di kampung terdekat,lalu menarik kabel ke kampung nya.

Anggaran yang berhasil mereka kumpul kan ternyata di tempuh melalui berbagai cara dan upaya.
Dahulu ke 20 jumlah warga yang tergolong kategori mampu melakukan kolektipan dana untuk anggaran pemasangan listrik.

Rasa miris terdengar di saat dulu warga melakukan pengumpulan dana untuk pemasangan listrik tersebut.mereka rela menjual harta benda termasuk menjual tanah,ternak dan hasil pertanian lain nya demi masuk nya aliran listrik dan cahaya lampu di kampung mereka.

Setelah listrik mereka nikmati,kini masyarakat ciseuti yang bermayoritas sebagai petani di hadap kan dengan permasalahan beban tagihan listrik yang selalu membengkak setiap bulan nya,untuk tagihan bulan sekarang saja sudah mencapai angka 1,5 juta rupiah.itu tagihan untuk kedua paket KWH,pembayaran tagihan setiap bulan di bagi rata ke 20 KK.

Tagihan masing-masing KK bisa mencapai biaya sebesar 80rb rupiah setiap bulan nya.padahal untuk pemakaian kita cuma pakai 3 gantungan lampu dan televisi saja,itu pun tidak semua warga memiliki televisi,ujar ketua RT.

Infrastruktur serta fasilitas umum yang tersedia hanya sebuah mesjid,tanpa ada MCK bahkan hanya untuk sekedar tempat mengambil air wudhu pun tidak tersedia di sana.pokonya semua pelayanan selama ini terpusat di Kp cikawung

Kunjungan rutin untuk pelayanan posyandu pun baru mereka rasakan kan sejak 3 bulan terakhir,dulu untuk posyandu ibu-ibu beserta balita nya harus rela datang ke kampung sebelah yaitu Kp cikawung.

Untuk para siswa sekolah dasar mereka terpaksa harus rela berangkat lebih awal sejak pukul 05.30 wib.sekolah terdekat mereka yaitu SDN Cikawung yang berjarak sejauh 4 Km.
Kp ciseuti mempunyai jumlah anak sekolah dasar berjumlah 7 orang siswa/i yang setiap hari berjalan menyusuri hutan.

Kalau musim hujan anak-anak terpaksa melibur kan diri,karena mengingat akses jalan sangat tidak mungkin di lewati apalagi oleh usia anak-anak,kasihan mereka.ujar seorang ibu yang anak nya duduk di bangku kelas 4 tersebut.

Kini seluruh masyarakat di bantu warga kedusunan cikawung aktif melakukan Kerja bakti rutin setiap hari selasa setiap minggu nya,guna membuka akses jalan sepanjang 4 km yang mempunyai lebar 1,5 meter.

Kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh seluruh masyarakat kini sudah berjalan hampir tiga bulan dan baru berhasil membuka jalur kurang lebih sejauh 700 meter.

Seluruh masyarakat berkeinginan kuat mempunyai sebuah akses jalan yang bisa di lewati kendaraan roda dua bahkan roda empat untuk menuju kampung mereka.

Semua itu terpaksa mereka lakukan demi upaya membebaskan diri dari rasa keterisoliran nya selama ini.karena jika tetap menunggu peran atau bantuan dari pemerintah untuk membuka kan akses jalan bagi mereka,itu sangat lah kecil sekali kemungkinan nya dan mungkin terlalu lama.

"  Abot kang pami akses jalan kieu mah,komo deui lamun pas aya warga nu sakit tengah peuting ",ujar kang via.

Jika ada salah satu warga yang sakit,itu semua bagai mimpi buruk bagi sebagian warga ciseuti,karena saat itu juga semua warga harus rela berjibaku dengan alat sarung dan pikulan sebagai tandu guna menggotong sang pasien demi sebuah pengobatan kesehatan ke puskesmas terdekat.walaupun terjadi dalam kondisi tengah malam sekalipun.

Menurut Bapak Hasan ketua RT Kp Ciseuti saat ini berbagai program pemerintah yang tengah di gembar gembor kan di rasa belum sampai kesana apalagi merata di rasakan semua warga masyarakat kampung Ciseuti.

Rasa bosan kini di rasa Bpk Hasan,sering sekali beliau melakukan pengajuan permohonan pembangunan infrastruktur untuk kampung nya,tapi sampai saat ini hampir sudah 20 thn,beliau hanya mendapat kan sebuah janji dan jawaban " Insya allah dan Insya allah " saja.dari para pemangku kebijakan setempat.

Berarti kita harus berusaha sendiri dalam mensejahterakan warga termasuk untuk mendapat kan rasa kemerdekaan itu,walau pun harus di tempuh dengan berbagai hal serta cara sendiri dan dengan biaya sendiri pula.
Jika suatu hari ada bantuan dana untuk pembangunan di sini,dari mana pun itu,saya bersama warga siap bergotong royong dalam melakukan pengerjaan nya.pungkas sang ketua RT.

0 komentar:

Posting Komentar