Rabu, 09 Januari 2019

Panggilan jiwa para relawan

" Relawan tidak di bayar bukan karena tidak berharga, Tapi tidak ternilai harga nya "

Itulah kata pepatah yang sering kita dengar untuk para relawan yang sebagian hidup nya senantiasa di pakai untuk membantu sesama.

Akhir-akhir ini rangkaian kejadian bencana alam yang datang di tanah air akhir - akhir ini, selalu menyisakan duka yang sangat mendalam bagi para korban terdampak.

Mereka yang menjadi korban mengalami trauma dan duka yang sangat mendalam, sebab tidak sedikit dari mereka telah kehilangan harta benda bahkan sampai kehilangan nyawa anggota keluarga yang mereka cintai.

Bahkan sampai saat ini, belum ada satu pun ilmu pasti yang bisa menolak atau pun melawan bencana yang setiap saat datang mengintai negri kita ini, pemerintah melalui BMKG hanya bisa memprediksi daerah rawan bencana di seluruh Indonesia.

Setelah bencana alam gempa besar yang meluluh lantakan sebagian besar provinsi Lombok, bencana alam gempa dan tsunami di kota Palu, longsoran gunung anak krakatau di selat Sunda yang menyebab kan gelombang tsunami di sepanjang pesisir Banten dan Lampung, hingga baru-baru ini kejadian bencana tanah longsor pada moment pergantian tahun di Kabupaten Sukabumi, yang telah menelan satu kampung beserta 33 korban jiwa.

Tim SAR dan Para relawan seluruh Indonesia senantiasa di sibukan dengan berbagai kejadian bencana alam, mereka terlihat bahu membahu, datang silih berganti untuk membantu para korban di bergai titik lokasi bencana.

Atas dasar kemanusiaan dan tidak terlepas dari sebuah panggilan hati, para relawan yang terkoordinir dalam sebuah payung organisasi, atau pun relawan yang bergerak perorangan, mereka terlihat dan terlibat berjuang langsung untuk membantu bahkan mempertaruhkan jiwa dan raga nya di berbagai lokasi bencana.

Di saat orang - orang serta para korban di lokasi bencana di hinggapi rasa takut dan rasa trauma akan kejadian yang menimpa, bahkan mencoba untuk menjauh dari lokasi rawan bencana pergi bahkan sampai mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Para relawan justru berfikir berbalik, mereka malah datang ke lokasi bencana tanpa rasa takut, datang seolah menantang maut, demi sebuah tujuan membantu, datang dari berbagai juru dengan misi membantu sesama, dari mulai tindakan evakuasi, emergency, memberikan pertolongan medis, pendistribusian logistik hingga relokasi dan rekontruksi lokasi pasca bencana.

Mereka datang untuk membantu berkontribusi dalam hal terkecil dan sederhana sampai membantu berkontribusi dalam skala besar.

Pengalaman yang paling berharga bagi mereka yang pernah bergabung dalam membantu misi kemanusiaan pada setiap bencana alam bersama relawan - relawan nusantara lain nya, pasti nya selain mendapat kan penglaman sangat berharga yang tidak akan ternilai dan berbagai ilmu dalam mengantisipasi bencana alam yang terjadi.

Sifat tolong menolong, gotong royong serta kebersamaan akan sangat terlihat jelas jika berada di suatu lokasi bencana, mereka berjuang tanpa lelah bersama, tanpa melihat suku, ras dan agama atau pun perbedaan lain nya.

Yang sangat mengharukan dan bangga menjadi warga negara Republik Indonesia ini, ternyata masih banyak orang - orang tulus, tanpa pamrih, bergerak membantu dan menjunjung tinggi rasa kemanusiaan.

Dengan terlihat nya relawan - relawan di berbagai lokasi bencana, mereka datang dari berbagai penjuru nusantara, bergabung menjadi satu di berbagai posko dan titik lokasi bencana.

Seperti yang terlihat di lokasi bencana tanah longsor Kec Cisolok Kab Sukabumi awal tahun ini, ada sekumpulan relawan yang berasal dari daerah Jawa Tengah, mereka datang ke Sukabumi dengan menggunakan kendaraan roda empat sampai sepeda motor.

Bahkan ada beberapa anggora tim nya yang datang langsung, selepas bertugas menjadi relawan di lokasi bencana alam, Lombok, Palu, Banten dan langsung datang membantu di Lokasi Bencana tanah longsor Sukabumi, tanpa pulang terlebih dahulu ke rumah nya.

Mereka datang tanpa sebuah undangan, datang murni atas panggilan hati dan jiwa dengan satu misi, yaitu, kemanusiaan.

Mereka datang dan berasal dari berbagai kota dan bendera yang berbeda, tapi alangkah indah nya, di lokasi bencana mereka bahu-membahu berjuang membatu, berkumpul menjadi satu, satu komando satu kekuatan, tanpa saling meninggikan ego dan bendera masing - masing.

Ada hal yang menarik dalam tubuh tim mereka dan sangat patut kita apresiasi, salah satu kunci yang menjadikan mereka solid untuk menjadi satu tim tangguh hingga saat ini adalah kebersamaan.

Dan, kebersamaan lah, yang menjadi kan mereka sebuah tim tangguh dengan julukan. Tim pemburu korban tanah longsor.

Dengan andalan beberapa mesin alcon atau alat pompa air kekuatan tinggi yang mereka miliki, dengan biaya operasional hasil patungan sesama anggota.

Di setiap lokasi bencana mereka berjuang tanpa lelah, mereka senatiasa bergelut dengan tanah lumpur, mencari para korban yang tertimbun tanah, tanpa merasa jijik akan bakteri dan penyakit, atau terlihat takut akan bahaya longsor susulan yang mengancam jiwa dan keselamatan mereka.

Kebersamaan dan kesolidan membawa mereka menjadi sebuah tim yang patut menjadi tauladan berbagai pihak serta relawan lain nya, berjuang tanpa pamrih, berjuang tanpa ingin menunjukan bendera masing-masing.

Unik nya mereka menjadi kan hewan celeng ( babi hutan ), sebagi filosopi perjuangan sekaligus menjadi nama atau wadah perjuangan mereka.

Karena menurut salah satu dari mereka, hewan celeng itu kalau sudah bergerak melangkah ke depan pasti tidak akan bisa berbelok atau mundur ke belakang.

Dan The Celengers Indonesia, mempunyai slogan " Pantang pulang sebelum korban tertimbun di temukan".

0 komentar:

Posting Komentar