Senin, 07 Agustus 2017

Kado untuk sang pejuang

" Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan ".  Itu lah kata Bung Karno.

Seorang nenek saksi jaman perjuangan dulu saat ini beliau masih tetap berjuang, namun bukan berjuang untuk mengusir para penjajah yang menyerang tanah leluhur mereka, seperti dulu. Melain kan tetap berjuang demi bertahan hidup dengan segala kondisi yang menyerang dan di hadapi nya.

Indonesia sudah merdeka sejak 72 tahum silam. Kemerdekaan yang di raih Negara Republik Indonesia ini, mungkin saja tak lepas berkat do'a yang terpanjat disertai dengan cucuran darah dan air mata jutaan penduduk negri ini.

Ibu Ojat (90). Seorang nenek yang masih semangat bercerita ketika beliau menjadi salah satu saksi hidup di saat bala tentara jepang mau menduduki negara Indonesia.

Pada usia 15 tahun, beliau sudah turut menjadi saksi di waktu para tentara Indonesia berjuang mengusir tentara Jepang yang datang ke Indonesia khusus nya di Sukabumi.

Dalam usia belia nya beliau sudah turut merasakan rasa getir dan ketakutan yang sangat, ketika pesawat tempur tentara jepang hilir mudik di atas atap rumah nya.

Mungkin beliau tidak lah seperti para pejuang dan para pahlawan lain nya, tidak ada tanda jasa tersemat dalam diri nya, beliau hanyalah seorang nenek yang terlahir dan menjadi saksi ketika bangsa ini berjuang meraih Kemerdekaan.

Dengan linangan air mata beliau bercerita, di mana pada jaman penjajahan dulu, beliau hanya bisa ber do'a supaya negara ini secepat nya merdeka dan terlepas dari berbagai bentuk penjajahan, agar kelak dan secepat nya bisa membawa bangsa Indonesia ke dalam kehidupan yang lebih baik.


Kondisi kesehatan beliau kini sudah mulai terganggu, dari mulai penyakit asam urat yang memicu kelumpuhan di tambah gangguan pada kedua bola mata nya yang membuat penglihatan nya terganggu.
Di rumah panggung yang jauh kata nyaman beliau tinggal bersama anak dan beberapa sanak keluarga nya, hidup beliau kini bergantung kepada anak perempuan satu-satu nya yang usia nya sudah tidak di bilang muda.

Mak Iting (65) adalah anak Ibu Ojat yang kini menjadi tulang punggung keluarga, Mak Iting yang sehari-hari bekerja serabutan kini harus berjuang menanggung beban Ibu Ojat beserta kedua keponakan yang masih berstatus pelajar aktif.

Kesehatan Mak Iting pun sudah mulai terganggu sejak sebelah mata nya buta akibat tertusuk bambu ketika sedang bekerja mengambil rumput untuk makan ternak nya.


Di masa muda nya Ibu Ojat berharap kemerdekaan bisa membawa nya ke kehidupan yang sejahtera, tapi jauh sudah Indonesia merdeka, beliau masih belum merasakan kesejahteraan yang hakiki, beliau masih tetap terus berjuang untuk melawan berbagai penyakit serta kondisi hidup yang serba kekurangan.


Tapi, darah pejuang masih tetanam kokoh pada dalam jiwa mereka. Dalam hidup yang serba kekurangan, mereka masih bertekad untuk memperjuangkan nasib pendidikan kedua sepupu nya yang kini masih duduk di bangku sekolah.

Mak Iting dengan segala keterbatasan nya beliau masih tetap berjuang untuk bisa mengantarkan  kedua keponakan berhasil meraih kan pendidikan setinggi-tinggi nya, agar kelak menjadi orang yang berguna untuk keluarga, untuk nusa dan bangsa dan berharap mereka bisa mencapai kesuksesan lewat pendidikan yang tengah di perjuangkan nya.

Dalam menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia, gabungan beberapa Relawan yang di pimpin Bapak Bhabin Kamtibmas Polsek Cireunghas Kabupaten Sukabumi, memberikan kado kemerdekaan pada Ibu Ojat. Yaitu, pembangunan sebuah toilet di dalam rumah Ibu Ojat.

Karena selama hidup di Kp Cigaru Rt 03/10 Ds Bencoy, beliau sama sekali tidak mempunyai toilet di dalam rumah nya, untuk sekedar buang air pun beliau mesti harus berjuang dengan merangkak menuju teras rumah yang di jadikan tempat buang air.

0 komentar:

Posting Komentar